BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Istilah system berasal dari bahasa yunani “systema”
yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu
keseluruhan. Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa praksis pendidikan kita
selama ini kurang dijiwai oleh "berpikir sistem", sehingga menjamur
cara-cara berpikir parsialistik (tidak holistik), berpikir parosialistik (tidak
berwawasan multidisiplin, interdisiplin, dan lintas disiplin), berpikir tidak
berurutan (meloncat-loncat), kurang berpikir entropies (kurang menyadari bahwa
perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya)
dan bahkan ada kecenderungan berpikir unsystem. Pendidikan sebagai
sistem, semestinya memiliki unsur-unsur pembentuk sistem yang lengkap (utuh) dan unsur-unsur tersebut
didudukkan pada tempatnya (secara benar). Dalam kenyataan, tidak selalu
demikian yang terjadi. Unsur-unsur pembentuk sistem sering kurang lengkap dan
lebih parahnya unsur-unsur tersebut tidak didudukkan pada tempatnya, sehingga
tidak ada jaminan kepastian tentang hasil (output) pendidikan.
Menurut Zahara Idris(1987) Sistem adalah satu
kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsusr-unsur sebagai sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak
secara acak yang salaing membantu untuk mencapi suatu hasil (Product) contoh
tubuh manusia merupakan satu jaringan daging, otak, urat-urat, dll yang
komponen mempunyai fungsi masing-masing yang satu dg yang lain satu sama lain saling berkaitan sehingga
mencapai tujuan yang telah ditetapkan..
Sekolah sebagai sistem, secara
universil memiliki komponen "input", "proses", dan
"output". Uraian berikut sengaja dimulai dari output,
karena output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, proses memiliki
tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan input memiliki
tingkat kepentingan dua tingkat lebih rendah dari output.Sekolah
sebagai sistem, seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin
kepastiannya. Output sekolah, pada umumnya, diukur dari tingkat
kinerjanya. Kinerja sekolah adalah pencapaian atau prestasi sekolah yang
dihasilkan melalui proses persekolahan.
B. Runusan
masalah
1.
Bagaimanakah kinerja
sekolah sebagi system dalam pendidikan ?
2.
Apa saja yang terdapat
dalam komponen-komponen sekolah ?
C. Tujuan
masalah
1.
Untuk mengetahui bagai
mana kinerja sekolah sebagai system dala pendidikan
2.
Untuk mengetahui
komponen-komponen dalam sekolah
3.
Untuk proses
pembelajaran baik perorangan maupun individu
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sekolah
sebagai suatu system
kinerja
sekolah
Sekolah sebagai suatu
system, mencakup beberapa komponen, dan setiap komponen terdiri dari beberapa factor.
Satu sama lainnya saling terkait sehingga membentuk suatu system. Komponen –
komponen system sekolah terdiri dari masukan (input), proses (process),
keluaran langsung (output) dan keluaran tidak langsung (outcome).
Ciri-ciri system:
Ø
Terdiri
dari banyak unsure
Ø
Masing-masing
unsure memiliki peran spesifik untuk mendukung fungsi keseluruhan
Ø
Tersusun
dalam suatu tatanan tertentu
Ø
Antar
masing-masing unsure saling mempengaruhi, saling ketergantungan dan saling
berhubungan
Ø
Mempunyai
maksud dan tujuan tertentu
Ø
Berproses
melakukan transfomasi dengan cara atau mekanisme tertentu
Ø
Memerlukan
masukan dari luar atau lingkungan
Ø
Tidak
pernah tergiur dari pengaruh lingkungan
Ø
Memiliki
mekanisme kontrol untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan
Ø
Mempunyai
batas waktu
Pada
dasarnya, menggunakan pendekatan sistem sehingga sekolah dipandang sebagai
sistem. Sekolah sebagai sistem tersusun dari komponen-komponen baku yang saling
terkait
untuk mencapai tujuan, yaitu konteks, input, proses, output, dan outcome.
untuk mencapai tujuan, yaitu konteks, input, proses, output, dan outcome.
1.
Konteks
Konteks adalah
eksternalitas sekolah yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan dan
karenanya harus diinternasilasikan ke sekolah. Sekolah yang mampu
menginternalisasikan konteks ke dalam dirinya akan membuat sekolah
sebagai bagian dari konteks dan bukannya mengisolasi darinya. Konteks meliputi kemajuan ipteks, nilai dan harapan masyarakat, dukungan pemerintah, tuntutan globalisasi dan otonomi, tuntutan pengembangan diri, dan sebagainya.
sebagai bagian dari konteks dan bukannya mengisolasi darinya. Konteks meliputi kemajuan ipteks, nilai dan harapan masyarakat, dukungan pemerintah, tuntutan globalisasi dan otonomi, tuntutan pengembangan diri, dan sebagainya.
2.
Input
Input adalah segala hal
yang diperlukan untuk berlangsungnya proses. Input yang dimaksud meliputi
harapan sekolah (visi, misi, tujuan), kurikulum, ketenagaan, peserta didik,
sarana dan prasarana, dana, peraturan perundang-undangan termasuk regulasi
sekolah, struktur organisasi yang disertai deskripsi tugas dan fungsi, dan
sistem administrasi.
3.
Proses
Proses adalah kejadian
berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses disebut input dan sesuatu dari hasil proses disebut
output. Dalam pendidikan berskala mikro (sekolah), proses yang dimaksud
meliputi proses belajar mengajar, manajemen sekolah, dan kepemimpinan sekolah.
4. Output
Output merupakan kinerja
sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses
pendidikan di sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, dan inovasinya. Khusus yang
berkaitan dengan kualitas dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan
berkualitas tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar peserta
didik, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi akademik (ulangan
umum, UAN, lomba karya ilmiah, dan lomba-lomba akademik lainnya) dan prestasi
non-akademik (IMTAQ, karakter/kepribadian, keolahragaan, keseniaan,
keterampilan vokasional, kepramukaan, dsb.)
5.
Outcome
Outcome adalah dampak
tamatan setelah kurun waktu agak lama. Outcome pendidikan meliputi kesempatan
melanjutkan sekolah, kesempatan kerja, pengembangan diri, dan pengembangan
sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk mengetahui outcome, sekolah harus
melakukan studi penelusuran tamatan.
B. Komponen-komponen pendidikan
PH Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen
pendidikan sebagai berikut:
Tujuan dan Prioritas adalah fungsi mengarahkan kegiatan. Hal ini merupakan informasi apa yang hendak dicapai oleh sisitem
pendidikan dan urutan pelaksanaanya :
a.
Peserta
didik adalah fungsinya belajar
diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesui dengan
tujuan sistem pendidikan
b.
Manajemen
atau pengelolan adalah fungsinya mengkoordinasi, mengarahkan dan menilai sistem
pendidikan
c.
Struktur
dan jadwal waktu adalah mengatur pembagian waktu dan kegiatan
d.
Isi
dan bahan pengajaran adalah mengambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang
harus dikuasai peserta didik.
e.
Guru
dan pelaksanaan adalah menyediakan bahan pelajaran dan menyelengarakan proses belajar untuk
peserta didik
f.
Alat
bantu belajar adalah fungsi membuat proses pendidikan yang lebih menarik dan berpariasi
g.
Fasilitas
adalah fungsinya untuk tempat terjadinya proses pembelajaran
h.
Teknologi
adalah fungsi memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan
i.
Pengawasan
mutu adalah fungsi membina peraturan dan standar pendidikan
j.
Penelitian
adalah fungsi memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan
k.
Biaya
adalah fungsinya memperlancar proses pendidkan
Tabel
sekolah sebagai sistem
Komponen
|
Sub-Komponen
|
Konteks
|
1.
Tuntutan pengembangan diri dan peluang tamatan
2. Dukungan pemerintah dan masyarakat 3. Kebijakan pemerintahan 4. Landasan hukum 5. Kemajuan ipteks 6. Nilai dan harapan masyarakat 7. Tuntutan otonomi 8. Tuntutan globalisasi |
Input
|
1. Visi,
misi, tujuan
2. Kurikulum 3. Ketenagaan 4. Peserta didik 5. Sarana dan Prasarana 6. Pembiayaan 7. Regulasi sekolah 8. Organisasi 9. Administrasi 10. Peran serta masyarakat 11. Budaya sekolah |
Proses
|
1.
Proses Belajar Mengajar
2. Manajemen 3. Kepemimpinan |
Output
|
1.
Prestasi akademik
2. Prestasi non-akademik 3. Angka mengulang 4. Angka putus sekolah |
Outcome
|
1.
Kesempatan pendidikan
2. Kesempatan kerja 3. Pengembangan diri |
Apa bila sekolah telah menjalankan semua
komponene-komponen yang ada dan berjalan baik sehingga hasil yang di inginkan
akan tercapai. Maka sekolah tersebut akan memiliki antara lain:
1.
Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh
dari barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
yang ditentutan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang
dimaksud adalah kualitas output sekolah yang akademik dan non akademik. Mutu
output sekolah dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input dan proses belajar
mengajar.
2.
Produktivitas adalah perbandingan antara output sekolah
dibanding input sekolah. Baik input maupun output sekolah dalam bentuk
kuantitas. Kuantitas input sekolah, misalnya jumlah guru, modal sekolah, bahan,
dan energi. Kuantitas output sekolah misalnya jumlah siswa yang lulus sekolah
tiap tahunnya. Contoh produktivitas, misalnya, jika tahun ini di sebuah sekolah
lebih banyak meluluskan siswanya daripada tahun lalu dengan input yang sama
(jumlah guru, fasilitas, dsb.), maka dapat dikatakan bahwa tahun ini sekolah
tersebut lebih produktif daripada tahun sebelumnya.
3.
Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana
tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan,
efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan.
4.
Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada
hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar) dan input (sumber
daya) yang digunakan untuk memproses/menghasilkan output sekolah. Efisiensi
internal sekolah biasanya diukur dengan biaya-efektivitas. Efisiensi eksternal
adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan
keuntungan kumulatif (individual, sosial, ekonomi, dan non-ekonomi) yang
didapat setelah pada kurun waktu yang panjang di luar sekolah. Analisis biaya
manfaat merupakan alat utama untuk mengukur efisiensi eksternal.
Pendekatan sistem harus digunakan sebagai
pemandu bagi sekolah-sekolah yang mengembangkan pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu, harga sekolah harus memahami
benar bahwa ”sekolah adalah sebagai sistem” yang memiliki
komponen-komponen sekolah yang utuh dan benar. Utuh dalam arti bahwa
komponen-komponen sekolah harus lengkap diperhatikan/diintegrasikan. Benar
dalam arti bahwa omponen-komponen
sekolah diletakkan pada tempatnya sesuai dengan hirarki tingkat kepentingannya.
Menejemen sekolah
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Kegiatan Manajemen Di Sekolah
Dasar Semakin besar sebuah sekolah dasar juga semakin banyak pula komponen
orang yang dilibatkan atau fasilitas yang digunakan.Manajemen (berbasis)
sekolah, memberikan kewenangan penuh kepada Kepala Sekolah.
Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang
menentukan Visi Misi sekolah pada umumnya masih bersifat umum, sehingga perlu
dijabarkan dalam Komponen Tempat tepat untuk memahami sistem manajemen mutu,
lingkungan, Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik.
manajemen personalia yaitu : dalam mengembangkan sekolah, sumber
daya manusia adalah komponen paling Manajemen Kelas . sekolah seyogyanya mengingatkan seluruh
komponen sekolah tentang Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan
alternatif baru dalam pengelolaan laku seluruh komponen sekolah; kepala
sekolah, guru dan tenaga Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting
dalam menyelenggarakan Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah
komponen paling berharga; masyarakat dalam aspek manajemen berbasis sekolah
untuk peningkatan mutu sekolah; Komponen Manajemen Berbasis Sekolah. Tujuan
Program MBS adalah peningkatan mutu.
Proses
Belajar Mengajar Sebagai Sistem
Sekolah sebagai sistem harus
menekankan proses belajar mengajar sebagai "pemberdayaan" pelajar,
yang dilakukan melalui interaksi perilaku pengajar dan perilaku pelajar, baik
di ruang maupun diluar kelas. Karena proses belajar mengajar merupakan
pemberdayaan pelajar, maka penekanannya bukan sekadar mengajarkan sesuatu
kepada pelajar dan kemudian menyuruhnya mengerjakan soal agar memiliki jawaban
baku yang dianggap benar oleh pengajar, akan tetapi proses belajar mengajar
yang mampu menumbuhkan daya kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan, dan
eksperimentasi-eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru
(meskipun hasilnya keliru), memberikan keterbukaan terhadap
kemungkinan-kemungkinan baru, menumbuhkan demokrasi, memberikan kemerdekaan,
dan memberikan toleransi terhadap kekeliruan-kekeliruan akibat kreativitas
berfikir.
BAB III
KESIMPULAN
Sekolah sebagai sistem, secara
universil memiliki komponen "input", "proses", dan
"output". Uraian berikut sengaja dimulai dari output,
karena output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, proses memiliki
tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan input memiliki
tingkat kepentingan dua tingkat lebih rendah dari output.Sekolah
sebagai sistem, seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin
kepastiannya. Output sekolah, pada umumnya, diukur dari tingkat
kinerjanya. Kinerja sekolah adalah pencapaian atau prestasi sekolah yang
dihasilkan melalui proses persekolahan. Kinerja sekolah diukur dari
menggunakan
pendekatan sistem sehingga sekolah dipandang sebagai sistem. Sekolah sebagai
sistem tersusun dari komponen-komponen baku yang saling terkait
untuk mencapai tujuan, yaitu
untuk mencapai tujuan, yaitu
Ø Konteks
Ø Input
Ø Proses
Ø Output
Ø outcome
Pendekatan sistem harus digunakan sebagai
pemandu bagi sekolah-sekolah yang mengembangkan pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu, harga sekolah harus memahami
benar bahwa ”sekolah adalah sebagai sistem” yang memiliki
komponen-komponen sekolah yang utuh dan benar. Utuh dalam arti bahwa
komponen-komponen sekolah harus lengkap iperhatikan/
diintegrasikan. Benar dalam arti bahwa omponen-komponen
sekolah diletakkan pada tempatnya sesuai dengan hirarki tingkat kepentingannya.
keren...:D makasih ya bahannya...
BalasHapus